Instagram lama aku atas nama @hayati.ayatillah harus diblok sama pihak Instagram karena dianggap belum cukup umur buat menggunakan Instagram. Kenapa hal ini bisa terjadi? Karena aku salah input tahun kelahiran yang tidak sesuai aslinya. Sebuah alasan yang agak bikin geleng-geleng kepala ya.
Sebenarnya Instagram memberi waktu 30 hari untuk banding dengan mencantumkan dokumen asli seperti foto KTP. Tetapi entah kenapa pada prosesnya gagal mulu, aku udah coba berkali-kali. Nah, pas aku buka Facebook dan Youtube, ternyata kejadian ini juga banyak terjadi pada warga Instagram lainnya. Banyak akun yang harus dibekukan dengan alasan yang sama dengan apa yang aku alami.
Awalnya aku kaget dan sedih, secara akun itu sudah hadir sejak 10 tahun lalu. Sebenarnya followernya belum begitu banyak, hanya berkisar di angka 3000an, tetapi kenangannya yang sudah banyak membuatku agak berat menerima semuanya. Tetapi, lama kelamaan sambil menunggu waktu 30 hari itu, Alhamdulillah akhirnya aku bisa berlapang dada atas kejadian buruk ini.
Selama kejadian tersebut, aku merenungkan ternyata penerimaan kita terhadap hal buruk yang terjadi pada kehidupan, memang butuh proses. Sebelum pada titik ikhlas, kita harus melalui beberapa tahapan. Kita harus mendaki satu demi satu tahapan untuk melunturkan kesedihan.
Seorang psikiater sekaligus penulis asal Amerika-Swiss, Elizabeth Kubler-Ross, mengembangkan sebuah teori bernama The Five Stages of Grief. Teori ini pertama kali dicetuskan dalam bukunya yang berjudul “On Death and Dying” yang menyatakan bahwa setiap orang mengalami 5 tahapan dalam menghadapi kedukaan. Awalnya, teori ini dicetuskan untuk menggambarkan kondisi pasien ketika tahu dirinya mengidap penyakit parah. Tetapi ternyata tahapan yang sama juga terjadi pada keluarga dan orang terdekat pasien ketika pasien meninggal.
Walau kelima tahapan ini sangat subjektif dan tidak dapat diterapkan kepada semua orang. Tetapi dengan memahami The Five Stage of Grief, bisa membantu kita untuk menghadapi masa-masa sulit. Diringkas dari berbagai sumber, 5 tahapan kesedihan itu adalah:
1. Penyangkalan (denial)
Awalnya seseorang akan cenderung menyangkal hal buruk itu. Seperti “ini beneran nih?”, “ini enggak mungkin terjadi”. Reaksi ini bersifat normal. Penolakan atau denial merupakan salahsatu mekanisme pertahanan yang biasa dilakukan orang untuk melindungi hal yang dia percayai. Omong-omong, tahap ini hanya respon sementara karena denial membantu mengurangi rasa sakit dari kesedihan yang dialami.
2. Marah (Anger)
Marah adalah saat kita melampiaskan emosi yang muncul. Perasaan denial memang memudar, tetapi perasaan sakit yang belum hilang akan memunculkan kemarahan dalam diri. Pada tahap ini, kita bisa saja melampiaskan amarah atau bahkan menyalahkan diri sendiri, orang lain dan Tuhan atas kejadian buruk yang menimpa.
3. Menawar (Bargaining)
Setelah kemarahan memudar, mulai timbul perasaan tawar menawar. Pada tahap bargaining, kita mulai berandai-andai akan adanya kesempatan kedua. Perasaan ini timbul karena kita ingin memperoleh control kembali atas hidup kita. Pertanyaan seperti “kalau saja…” terus memenuhi benak hati. Pada fase ini, seseorang mulai percaya terhadap apa yang sudah terjadi pada dirinya.
4. Depresi (Depression)
Walau pada beberapa tahap, amat wajar kalau kita berusaha melawan emosi negative, tetapi pada akhirnya emosi tersebut akan tetap muncul. Dan depresi bisa membawa kita ke dalam duka yang lebih dalam. Jika depresi sudah berlarut-larut disarankan untuk membantu bantuan ke psikolog.
5. Penerimaan (Acceptance)
Pada tahap ini, perlahan kita mulai menerima keadaan. Kita sudah menerima bahwa hal buruk terjadi serta memahami artinya hidup. Kita juga bisa merasakan perubahan besar dalam diri saat sudah berhasil melalui semuanya.
Perlu diketahui, tahapan yang dilalui masing-masing orang pasti berbeda. Dan faktanya, menghadapi kesedihan tidak sesederhana itu dan tiap orang memiliki cara dan waktu sendiri untuk memahami kesedihannya. Tetapi kabar baiknya, bersama kesulitan pasti ada kemudahan.
Hidup ini memang pendek, maka jangan diperpendek dengan persoalan. Teman setia memang sedikit, maka jangan diusir dengan hinaan. Musuh memang banyak, maka jangan diperbanyak dengan akhlaq yang buruk. (Dr. Aidh Al Qarni)
Dalam hidup ini memang ada banyak hal yang kepemilikannya bukan pada kita, yang suatu hari pasti diambil. Tetapi perjalanan yang sulit itu hanya sementara. Setelah berhasil melaluinya, kita kan menjadi pribadi yang jauh lebih tangguh dari sebelumnya. Bersemangatlah pada apa-apa yang mengundang kebaikan dan keridhoan Allah, karena kita harus membawa itu semua untuk mencapai surga.
Cakeeeeeep❤️❤️❤️
Dulu pertama denger istilah ini pas dengerin seminar yg ngundang narasumber psikiater dokter andreas kurniawan.. dokter andreas kasih opininya, katanya dia lbh menyarakan untuk ngeliat 5 tahapan ini sebagai sesuatu yg non linier dibanding linier karena alasannya buat menghindari perasaan gagal yg mungkin bisa menghampiri penyintas krn sebelumnya udh ada di tahap penerimaan tapi kemudian krn suatu “anchor” tertentu, ada kemungkinan balik lagi ke tahapan marah..
Dia lbh sreg sm opini kl melihat tahap penerimaan sbg bagian dari “proses”, ketimbang pencapaian..
Btw, semoga akunnya bisa balik lagi 🙂
Kak turut sedih untuk instagramnya, semoga bisa balik lagi ya. Emang yang paling berat dari kehilangan itu iklas, soalnya pernah ngalamin juga memory card hilang dengan ribuan kenangan. Sedih tapi siring berjalannya waktu yaudah iklas, mau gimana lagi *eh kok malah curhat hehe
Gua di awal baca artikel ini, gua kok senyum getir gitu ya hahah mungkin karena ada yang relate gitu sih hehe… Yaudah lah! Yok terus bahagia, ya!
Jadi ingat akun instagram lamaku yang belum bisa diakses lagi karena email yang didaftarkan sudah ga aktif. Sehingga ga bisa akses kode autentifikasi yg dikirim IG. Sedih sih krena ga bisa akses. Dan akhirnya bikin ig baru. Sampai sekarang belum bisa ketemu cara untuk akses akunnya.
Proses penyembuhan tiap orang emang membutuhkan waktu yang berbeda. Bahkan apa yg dialami dalam prosesnya sering berbeda-beda. Tergantung orang yang mengalaminya.
Tukisan yang menarik kak 🙂
Sebelumnya, turut sedih atas Hilangnya Istagram nya Mba Hayati, tulisannya sangat menarik ada lima poin disana tahapannya, tapi sejujur nya buat saya bukan masalah urutannya, kita justru seringkali tidak bisa melalui semua tahapannya, dan malah cenderung berhenti disalah satunya sebelum poin kelima, dan sangat menyakitkan tentunya.
Untuk kehilangan suatu besar mungkin akan melewati 5 tahap ini. Tapi untuk kehilangan hal-hal yanb biasa kita mungkin bisa lompat ke tahap acceptance agar lebih bisa cepat bahagia
Penyangkalan itu pada kasusku seringkali emmakan waktu yang cukup lama. Semua waktu rasa sedihku hampir sebagian besar dihabiskan pada tahapan ini.
Saya juga pernah mengalami hal yang hampir mirip dengan kasus di atas, bedanya Facebook saya dihack orang, dan mau tak mau saya harus buat akun baru, tentunya setelah melewati 5 tahap yang dijelaskan di atas. Harus diakui kita memang sulit melepas kenangan yang banyak pada akun medsos kita, tapi kembali lagi bahwa sebenarnya yang paling penting dari kenangan adalah ingatan yang utuh, meskipun tak berupa foto2, atau dokumentasi lain.
ya Allah pasti sedih banget ya mba, semoga di akun yang baru bisa lebih kece badai lagi kontennya. Dan setuju banget tentang tahap kesedihan ini, pastinya semua orang pernah melewatinya tapi mgkn kadang gak sadar. Penting sih sadar terhadap step step ini sehingga paham harus apa
Apapun tahapannya, pada akhirnya harus mengalami penerimaan sehingga bisa terus melangkah ke depan, ya…
Sabar ya kak, smoga akun nya bs lebih ramai lg. Ngerti banget rasanya, ksel sampai ke ulu hati. Tapi dr kejadian kyk gini kita diajari iklas, insyaallah ada ganti yg lebih baik.
Kayaknya begini ya… Munculnya masalah2 lain, dan rentang waktu, itu yg lama2 bikin masuk ke fase acceptance. Tapi ya lama2nya itu bisa lama banget
Saya juga kak pernah.. 3rb itu banyak kak.. skrg sy cm 1rb follower.. akun sy yg dulu pernah ditutup sm IG tanpa alasan. Mgkn karena ada yg ngelaporin hehehe
Ikut sedih semga akunnya segera balik ya mbak.
Bukan ttg banyaknya follower tapi banyaknya kenangan duh melow akunya
Smenagat!
Btw aku udah sekian kali mendengar 5 tahapan kedukaan ini di waktu yang berdekatan
Ah. Betul posisi menuju level ke 5 tak mudah. Semangat mbak
Pasti perasaannya bercampur aduk sih. Positifnya mungkin kita disuruh rehat sejenak dulu dari sosial media.
Dari hilangnya akun instagram, bisa buat tulisan sebegini lengkapnya tentang kehilangan.
Jadi keinget waktu dulu kehilangan, nggak bisa Terima apapun, butuh proses buat sembuh.
Ikut sedih yah KakHay atas ilangnya akun instagram kakak. Semoga nanti followernya lebih banyak lagi dan memulai lagi dengan memori yang baru.
Proses penerimaan memang tidak mudah, tp pasti bisa
Salah satu hal yg bisa buat bahagia itu ikhlas, tapi untuk mencapai ikhlas itu emang susah dan berat banget pasti. Apalagi ikhlasin akun ig yg followersnya banyak dan gak bisa diakses lagi, sedih banget pasti. Tapi aku yakin kaka pasti bisa, yo semangat yo pasti bisa.
Proses penerimaan terhadap diri sendiri itu memang gak mudah ya kak, seringkali selalu gagal sama prosesnya.. Tapi karena diri sndiri yang mau selalu berusaha belajr akhirnya bisa menerima masalah apapun yang terjadi
Ahhh.. Aku suka banget sana kata-kata terakhirnya yang dikutip dari @febians25, berfokuslah pada hal-hal yang orang lain tidak bisa ambil darimu…
Setuju sekali sepertinya aku, sounds like we must have a dignity for me..
Terimakasih sudah berbagi pengalaman dan inspirasinya kak😃
Semoga ada hikmah baik juga kebaikan serta kemudahan setelahnya ya…
Apakah akhirnya proses penerimaan itu sama dengan pasrah kak?
Semoga akun instagramnya bisa kembali lagi yaa kak. Walaupun baru baca 5 stages of grief ini ternyata aku pernah mengalami juga. Dan memang untuk sampai tahap acceptance itu nggak mudah. Walau bilang udah nggak papa ternyata masih ajaa ada yang ganjel. Tapi insya Allah perlahan-lahan beneran bisa menerima dengan lapang dada.
Proses penyembuhan dari marah ke menerima itu yang menurut aku masih susah. hii. bener-bener butuh waktu ya kak. Pasti sering sih kita menemukan hal yang seperti ini, hanya konteks nya saja yang berbeda. Akan jadi bahaya jika kita berlarut-larut dalam masalah yang sama sampai mengabaikan banyak hal penting lainnya di luar sana yang juga butuh kita kerjakan