2024 dan Tralala Trililinya

Memasuki detik-detik terakhir di tahun 2024. Maka, siang ini aku memutar semua kenangan dari Januari hingga Desember. Dua belas bulan dengan setiap cerita dalam ritmenya.

Vibrant cacti in white pots against minimalistic background, perfect for decor ideas.

Ada hari-hari dimana aku bisa dengan mudah tersenyum karena hal-hal sederhana ataupun teriak kegirangan karena telah menyelesaikan semua tugas. Di lain waktu, aku bisa terdiam, lalu membasuh airmata kesedihan. Atau pada saat yang lain, aku harus menghadapi badai, lalu terharu dengan cinta dari orang-orang di sekitar. Tetapi ada massanya, aku ragu apakah keputusan yang diambil adalah sebuah jalan yang benar atau hanya keegoisan pintaku semata. 

Sisi kebahagiaan, kesedihan, keraguan, keharuan, kemarahan itu telah menghidangkan banyak makna di setiap prosesnya. Hal-hal manusiawi itu pun membentukku menjadi manusia yang paham bahwa tidak ada yang abadi. Sejatinya, kita tidak benar-benar menggenggam semuanya. 

Kita bisa tertawa dengan lantang hari ini, merayakan kemenangan-kemenangan dengan hati berbunga, kemudian besok menangis tersedu-sedu karena kehilangan yang tidak terduga. Hari ini masih bisa memercayai banyak hal, ternyata esok harus menerima pengkhianatan. Banyak cerita hidup yang tidak benar-benar kita ketahui sampai benar-benar kita alami.

Maka, begitulah hidup dengan semua warnanya. Menuju 2025, kanvas ini hampir selesai dengan banyak corak. Kadang bahagia, kadang sendu, kadang bahkan akupun tak paham harus menyebutnya dengan apa. Tidak semuanya sempurna.

Meski begitu, setiap momen adalah pelajaran termahal. Dan manusia adalah makhluk Allah yang akan setia menerima hikmah. Dari kejadian satu dengan kejadian lainnya, kita bisa belajar mengikat makna untuk hidup yang lebih baik.

Di atas semua yang telah dituliskan, segala puji bagi Allah atas segala karuniaNya. Tanpa ridho dan kekuatan Allah, maka, takdir yang sedang dijalani belum tentu bisa aku pahami dan lewati.

Terima kasih juga untuk keluarga dan teman-teman yang selalu mendukungku. Uhibbukum fillah…

A vibrant green seedling emerges from decaying wood, symbolizing nature's growth.

Dan untuk Hayati di masa depan: semoga jadi lebih bijaksana. Rasa syukur harus lebih besar daripada rasa ingin tahu tentang kehidupan. Merasa cukup adalah energi yang akan memberi kehangatan di atas segala perkara-perkara yang ingin dikejar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *