Mungkin ‘ada apanya’ terkesan materialistis ya karena kata itu sering dikonotasikan dengan segala hal yang berbau materi atau status sosial. Padahal kata itu bisa saja tentang visi misi rumahtangga. Tujuan berumah tangga menjadi penting karena menentukan arah bahtera pernikahan nantinya. Jangan sampai kehidupan suami istri menjadi terombang-ambing karena lupa menentukan pijakannya dari awal.
Visi dan misi pernikahan yang dijabarkan si doi pasti menggambarkan kualitas diri orang tersebut. Kualitas itu melingkupi isi fikiran, omongan dan tingkah laku kesehariannya. Itu yang penting. Kita menikah bukan untuk mencari tukang cuci, tukang masak, tukang jaga anak ataupun mesin atm berjalan. Kita menikah untuk bertemu partner hidup yang saling mengayomi, saling menghargai dan tentu saja saling mencintai. Yang sanggup berjuang bareng, yang hari ini bisa ngambek-ngambekan tapi besok udah cekikikan bareng, yang kalau diskusi bisa panas macam gurun sahara kemudian setelahnya bisa santai kaya di pantai. Kita cari pelengkap diri.
Visi dan misi disini harus jelas karena menentukan arah pernikahan itu sendiri. Kalau hanya ingin romantisnya saja, mungkin kita bisa contek di drama korea yang bejibun itu. Tetapi bagi muslim, pernikahan adalah proses membentuk sebuah peradaban. Kalau kita hanya ingin peradaban yang biasa saja yasudah biasa saja. Tetapi kalau kita ingin dari pernikahan itu hadir generasi sebaik umar bin abdul aziz maka kita bisa mulai dari pola pernikahan terlebih dahulu.
Pola pernikahan yang dibicarakan dari awal juga bisa menjadi pijakan ketika futur melanda. Futur itu manusiawi, yang tidak baik adalah mundur dari perjuangan maka dari itu kita butuh pasangan yang sanggup saling menguatkan dan memotivasi. Bayangkan kalau kita lagi malas kajian terus ada yang bersedia antar jemput atau gantian jaga anak, atau malas ikut aksi eh ada yang mau panas-panasan bareng sambil gandengan ditengah aksi… itu lebih so sweet daripada makan malam berdua dipinggir pantai. Walau kalau disuruh pilih pasti pilih dua-duanya ya kan 😃😃😃😃.
Jadi, sebelum mulai mengumpulkan pundi-pundi untuk menikah. Cobalah merenung sejenak, sebenarnya saya menikah untuk apa? Ingin yang bagaimana? Cita-citanya apa? Rumahtangga yang seperti apa? Generasi selanjutnya mau dididik bagaimana? Kalau merasa udah yakin dengan jawaban-jawaban kita sendiri, ayo perjuangkan si jodoh yang belum kelihatan itu.
Nice post ka…
Salam kenal 😊
Makasiii ☺
Yupz.. Salam Kenal juga ☺