Setelah off ngeblog selama beberapa tahun (iyaa, beberapa tahun, enggak tanggung-tanggung emang off nya). Ehem, akhirnya aku ikutan arisan blog yang diadakan KUBBU BPJ (Klub Blogger dan Buku Backpacker Jakarta). Apalagi temanya seru-seru, bikin semangat buat aku yang baru bangun dari hiatus.
Berhubung tema pertama pada arisan nulis blog ini adalah buku yang mengubah hidup, maka, aku seperti harus membuka timbunan ingatan tentang buku-buku yang pernah aku baca.
Aku suka membaca dan lahir dari orangtua yang suka membaca. Sejak kecil, Abi selalu berlangganan majalah dan sering membelikan buku untuk keluarga kami. Aku ingat sekali, Abi memberikanku jatah majalah Bobo dan Annida untuk dibaca tiap bulan. Kedua orangtua juga membebaskanku untuk membaca apapun, maka dari itu, aku tumbuh bersama buku-buku yang aku baca.
Dan pada kesempatan ini, aku akan sharing buku-buku yang mengubah hidup juga karakter diriku. Buku-buku yang membuat nada ‘klik’ di hati dan di otak hingga sanggup menggerakkan perubahan dalam diri.
BUKU PERTAMA
Setelah lulus SMA, aku sudah membayangkan dunia perkuliahan dan menjadi perempuan aktif di berbagai kegiatan mahasiswa nantinya. Tetapi, di detik-detik terakhir, Abi alias ayahku menawarkan pilihan lain, yaitu menghafal Qur’an di Kuningan, Jawa Barat. Awalnya aku menolak secara ambisiku jadi wanita aktif di kampus, bukan tinggal di pesantren.
Di saat aku menolak, Abi mengucapkan sesuatu yang aku ingat betul sampai hari ini:
“Suatu hari, ati akan jadi ibu, dan hal pertama yang harus diajarkan kepada anak ati nanti adalah Al-Qur’an”
Sebuah kalimat yang mengambil semua perhatian dan hatiku. Aku yang terbiasa untuk berpikir logis, memikirkan hal itu berhari-hari. Aku mempertimbangkan semuanya dengan baik dan tentu saja meminta pertimbangan Allah juga dalam do’a.
Akhirnya dengan ikhlas, aku menunda semua ambisi, kesempatan dan beasiswa untuk menyepi sementara di sebuah pesantren di kaki gunung Ciremai. Dan jujur aku akui, belajar disana walaupun sebentar adalah masa remaja menuju dewasa terbaik dalam hidup.
Maka, buku pertama yang benar-benar mengubah hidupku adalah Al-Qur’an. Aku memilih Qur’an, bukan hanya karena aku sebagai muslim yang memang sudah seharusnya membaca dan mengambil hikmah dari apa yang Allah sampaikan dalam Al-Qur’an, tetapi juga sebagai manusia.
Semakin mengenal dan berdekatan dengan Qur’an, aku merasa diingatkan untuk selalu menjadi pribadi yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan berdekatan dengan Qur’an juga, Allah pertemukan aku dengan orang-orang baik yang berkualitas, tetapi selalu rendah hati. Dan aku bersyukur sekali Allah memberi kesempatan itu semua melalui pengalaman menyepi bersama Al-Qur’an.

BUKU KEDUA
Hayati di awal umur 20an adalah Hayati yang paling tidak bisa ngobrol atau bertemu dengan orang baru. Pokoknya kalau bertemu orang yang belum dikenal, rasanya pengen segera kabur. Selain sifat tertutup, sifat gengsiannya juga masih tinggi, maka terciptalah pribadi yang kurang bisa bergaul dan berkomunikasi dengan baik.
Nah, suatu saat aku mulai tertarik untuk berjualan. Kala itu, membuka toko buku online adalah jalan ninjaku. Alasan menjual buku ini pun simple, karena banyak teman yang suka minta rekomendasi buku atau meminjam buku. Jadi yaudahlahya, jualan aja sekalian. Definisi dari hobi jadi cuan.
Tetapi, menyadari sifat tertutup dan gengsian kayaknya bakal bikin susah perkembangan bisnis sendiri. Maka, aku mulai mencari buku tentang teknik jualan, bertemulah dengan buku berjudul Wow Marketing.

Dari lembar demi lembar buku yang ditulis oleh Hermawan Kartajaya dan Iwan Setiawan ini, aku menangkap banyak hal yang harus dilakukan oleh seorang pebisnis untuk menjual produknya, namun inti semuanya adalah action dan komunikasi. Oke, setelah berani untuk action, ternyata aku wajib membenahi cara berkomunikasi.
Pada buku ini, komunikasi memang secara khusus ditujukan kepada para customer, tapi sebenarnya bisa diterapkan secara umum kepada semua orang. Selain isinya yang memang bagus, aku juga suka gaya tulisan dan penjabaran penulisnya yang profesional tapi tetap asyik, menarik dan engga bosan dibaca. Sampai sekarang, aku masih membaca karya-karya Hermawan Kartajaya sebagai panduan dalam ilmu marketing.
Dan kabar gembiranya, setelah membaca buku ini, berjualan menjadi hal yang menyenangkan. Pelanggan toko buku online ku pun saat itu naik drastis dari seluruh Indonesia, sampai ada beberapa pembeli yang berasal dari luar negeri seperti Malaysia, Taiwan, dan Hongkong. Tapi sayang, karena pindah domisili, aku terpaksa menutup toko buku online itu. Dan sekarang, aku sedang mencoba bisnis online dalam bidang kuliner. Doakan sukses ya. Aamiin…
Kapan-kapan insyaAllah aku akan review lebih detail buku yang enggak begitu tebal tapi isinya daging semua ini.
BUKU KETIGA
Selain membaca buku, aku suka sekali menonton film. Aku ingat sekali waktu pertama kali menonton di bioskop, sekitar tahun 1997, aku bilang sama Abi, kalau aku mau jadi Sutradara yang bisa bikin film. Saat itu, Abi mengAaminkan ucapan iseng si Hayati kecil.
Dan pada 2017, 20 tahun setelah hari itu, Allah mengantarkanku untuk mulai belajar cara menuliskan cerita untuk sebuah film. Dan buku yang menjadi awal jatuh cintanya aku ke media bercerita audio visual adalah buku berjudul Kelas Skenario karya Salman Aristo dan Arief Ash Shiddiq ini.

Di saat awal-awal dulu, ketika pusing menemukan alur, menentukan konflik, menyusun babak cerita, menjabarkan sequence, mengembangkan dan memadatkan cerita, maka, aku akan selalu membuka buku ini untuk mencari ilham. Dengan bahasa yang ringan dan jelas, serta pembahasan yang detail, buku ini juga membuka lebar mataku tentang seluk beluk penulisan skenario film. Sebuah buku yang membawa dunia bercerita baru dan membuka banyak kesempatan bagiku.
Buku ini juga selalu aku rekomendasikan ke teman-teman yang berniat untuk terjun menulis skenario. Aku pernah review juga, bisa dibaca di postingan Kelas Skenario .
Oke, itulah 3 buku yang aku rasa benar-benar mengubah hidupku. Kalau kamu, buku apa yang mengubah hidupmu?
Masyaallah… 3 buku yang benar-benar recommended ya kak Hayati. Buku pertama adalah ‘teman’ seumur hidup bahkan menuntun kehidupan kita. Buku ketiga, dapat menjadi sumber kehidupan… begitu kah, kak?
Betuuull banget, Mbak Tuty
Sepakat buat buku yang No. 1 karena ngga bisa dipungkiri, gw dari kecil udah didoktrin kalo Al Quran adalah petunjuk hidup dan penerang di alam kubur..
Jadi pas baca pasti kayak sambil sugesti, kalo itu bener – bener lagi diajak ngomong sama Allah..
Sori kalo lebay ya..hehe..
Selain itu, menurut gw pribadi buku religi tetep penting karena meskipun buku – buku pemberdayaan diri atau self help itu juga bagus, tapi kalo menurut gue pribadi buku – buku pemberdayaan diri dan motivasi itu ngasih solusi berdasarkan pola kehidupan atau masalah si penulis, yang kadang tiap orang ngga ada yang punya pola kehidupan atau masalah yang 100% sama persis..
Dan kalo gue perhatiin juga, mayoritas buku – buku pemberdayaan diri atau motivasi ujung – ujungna ngajak mendekat ke Tuhan atau mengajak buat ikhlas.
Btw, nice sharing!
Ih setuju banget, Kaak, ujung-ujungnya back to basic ya, harus mendekat ke Allah dan ikhlas jalanin semuanya, insyaAllah hidup bakal damai…
Woww….buku2 yg dibaca bener2 memberi pengaruh ke kehidupan ya mba…baik kehidupan duniawi maupun kehidupan akherat…
Iya, Kak, Alhamdulillah…
huwaa merinding ya sama cerita pertama, gimana peran ibu buat anaknya ya ngajarin ilmu agama, ngajarin Al-Quran ke anak 🙂 dan sampe akhirnya kamu milih buat belajar Al-Quran dulu mba.
yaapp, mau apa pun profesinya, lingkungannya, emang yaa komunikasi itu hal mendasar dan penting banget buat diasah.
Pas Abi aku ngomong gitu juga aku langsung terdiam dan teringat sampai sekarang gitu…
Iya, Mba, komunikasi itu penting banget soalnya kalo ga diasah bikin miskom malah jadi berabe kan…
bebbb, gue jadi kepo lo mondok dimana hahahha, husnul kah?
buku ke 3 menarik perhatian, gue pernah ikut kelas penulisan skenario tapi ilmunya nguap ga tau kemana hahahhaa, kayaknya perlu buku panduan biar bisa bolak balik buka buku kalo ada yang lupa
Aku di Al-Multazam nya, Mbak, samping Husnul…
Iya, mbak, aku juga bolak balik baca buku itu kalo ada yang lupa, hahaha