Dewasa itu tentang membuat keputusan-keputusan yang mahal banget harganya
Beberapa pekan ini, aku merenung, perenungan yang sangat panjang. Perancangan tentang masa depan yang ideal, juga keinginan-keinginanku dan semesta. Aku berusaha menyulam semuanya, satu demi satu, dengan detail, dengan rapih, dengan bijaksana.
Tetapi, kadang hidup belum memberi kesempatan untuk mendapat apa yang sedang dirapihkan. Sekeras apapun berusaha, ukiran yang muncul hanyalah penggalan harap dan tumpukan cemas. Waktu sedang tidak berpihak padaku. Kembali.
Kata seorang teman: berusahalah yang terbaik hingga hadir titik terang itu tiba.
Akupun bertanya kembali: kapankah waktu itu?
Ia menggeleng, kemudian menjawab: hanya Allah yang tahu, tetapi pasti ada. Walaupun membutuhkan waktu yang sangat lama, titik yakin itu akan hadir, entah itu membawamu ke samudera yang lebih luas atau kembali ke daratan.
Samudera menawarkan sesuatu yang tak bertepi, tetapi ada ketakutan yang aku rasa aku tidak cukup siap untuk menghadapinya. Dan, Daratan itu mengajukan kehidupan, tetapi ada keraguan yang susah didefinisikan.
Fase bernama dewasa ini memang mengasyikan, juga menegangkan. Kita diberi pemahaman, juga permasalahan. Kita seperti dibawa terbang, juga terjungkal.
Sebagai orang dewasa, kalau mau mendengar hati terdalam, tentu sudah paham tentang apa yang menjadi ambisi dan bagaimana meraihnya. Tetapi, sesederhana apapun sebuah keinginan tetap saja kadang membutuhkan proses pemikiran yang mendalam. Untuk mencapai satu tujuan, kita diajak memikirkan rencana utama dan rencana cadangan.
Seseorang pernah mempertanyakan sesuatu, dan aku hanya menjawabnya dengan tawa.
Entah menertawakan pertanyaannya. Entah tawa yang menjadi pernyataanku.
Sejak memasuki dunianya orang dewasa, kadang merasa hidup bukan lagi tentang keinginan dan kebutuhan pribadi. Ada pertimbangan keluarga, teman, lingkungan dan sosial media. Hidup terasa menjadi kompleks, yang jika tidak cukup pandai mengaitkannya, maka, akan menjadi rumit. Dan kadang tidak cukup tangguh untuk menanganinya.
Lalu kemana akhirnya pikiran ini akan berlabuh?
Jujur saja, jawabannya masih tidak tahu. Bukan tidak tahu keinginanku dengan jelas. Tetapi, aku sedang mengejar keinginan Allah. Aku sedang mencari tahu apa yang sebenarnya Allah inginkan.
Sampai kapan?
Sampai keyakinan itu tiba.
Sampai titik terang itu menerangi jalanku. Petunjuk-petunjuk Allah akan aku semat. Aku juga akan berusaha lebih peka terhadap apa yang terjadi dan apa yang dirasa.
Sebagai perempuan, aku sangat sadar kadang keputusan-keputusan yang diutarakan terlalu banyak unsur perasaannya. Maka, untuk kali ini, aku akan mencoba membuatnya selogis mungkin. Serealistis mungkin.
Jikapun penantian itu lama, bukankan perempuan adalah makhluk paling tangguh dalam urusan menunggu?
Walau faktanya, manusia selalu punya waktu untuk menunggu, tetapi waktu lah yang memberitahu manusia untuk tidak harus menunggu terlalu lama.
Caranya?
Aku akan berusaha yang terbaik. Untuk diriku, dan orang-orang yang menyayangiku.
Aku akan berusaha yang terbaik sebagaimana Allah selalu memberikan yang terbaik untukku.
Dewasa seunik itu memang.😁
mungkin agar kita bisa menua dengan bijaksana ya