Hari ini, di sekolah, anak-anak bercerita tentang cita-cita mereka. Satu persatu, mereka memilih sebuah profesi yang akan menjadi tujuan di masa depan nanti. Ada yang ingin menjadi Pilot, Dokter, Masinis, Penghafal Qur’an, dan banyak lainnya.
Melihat mereka, aku seperti kembali ke masa puluhan tahun lalu. Dimana ada hati yang begitu bersemangat saat mengucapkan impian yang diharapkan. Ada mata yang begitu berbinar dalam mengungkapkan hal-hal yang diinginkan dalam hidup.
Sebenarnya pada usia dewasa ini, aku mendapat banyak kesempatan dari Allah untuk menjalankan apa yang kuimpikan. Aku dibersamai mimpi-mimpi kecilku yang hidup dan terang benderang. Segala puji bagi Allah yang telah menganugerahkan semuanya.
Tetapi, semakin bertambah umur, aku semakin mengerti sesuatu. Bahwa hal paling dekat, juga paling jauh adalah ekspektasi manusia. Saat berekspektasi, kita hanya fokus pada kepentingan atau hal-hal yang ingin diperolah atau diidamkan, lalu melupakan faktor-faktor yang bisa membuyarkan semua bayangan.
Maka dari itu, ekspektasi sering membuahkan rasa linu dalam hati karena kita terlalu menutup mata pada hal-hal yang bisa menjatuhkan. Kita kecewa oleh realita, kita dikecewakan oleh pemikiran sendiri.
Jadi, apa yang harus dilakukan agar terhindar dari depresi akibat ekspektasi?
Berpikirlah secara logis. Begitu kalimat yang harus aku ulang-ulang agar terhindar dari sakit hati berkepanjangan.
Saat sedang dalam suatu kondisi yang begitu aku inginkan. Maka, saat itu pula, aku harus memikirkan banyak faktor yang bisa menjadi penentu kesuksesan ataupun penyebab kegagalan dengan berbagai alasannya. Aku menyusun setiap data agar pemikiran logisku terbuka.
Dari hal-hal tersebut, aku belajar untuk mengatur ekspektasi. Kita perlu untuk menyeimbangkan antara harapan dan pemikiran. Sehingga saat harapan itu tercapai, maka rasa syukur akan bertambah. Jikapun gagal, maka bisa melakukan evaluasi dengan tenang tanpa membawa unsur perasaaan terlalu banyak.
Lalu sebagai muslim yang baik, selalu percaya bahwa semua kejadian yang terjadi di muka bumi ini sudah ditulis oleh Yang Maha Kuasa dengan hikmah. Jadi, apapun yang terjadi, maka itu adalah yang terbaik untuk saat ini.
Apabila kita belum memahami ‘sisi terbaik’ dari kekecewaan hari ini, maka selalu percaya bahwa Allah Maha Baik. Tidak akan Allah kecewakan hambaNya yang sudah berprasangka baik padaNya.
Jadi, mulai hari ini, atur ekspektasi sebaik mungkin, kuatkan ikhtiar, lalu serahkan sisanya pada Allah.
Tenanglah wahai hati, kita punya Allah yang mampu membereskan semua hal.