Dalam postingan dengan judul Hari-hari Umroh akan berkisah tentang pengalaman dan kesan selama ada disana. Selain untuk menghimpun kenangan pribadi juga semoga bermanfaat bagi pembaca yang hendak kesana.
Senin, 23 Oktober 2017
Sebenarnya pesawat ke Jeddah itu berangkat pukul 11 siang tetapi karena kumpul jam 8 pagi. Namun dikhawatirkan terkena macet, maka setelah subuh langsung berangkat menuju Bandara Soekarno-Hatta dengan diantar Abi, Ummi serta Adikku. Dan benar saja, Senin pagi itu macet tapi Alhamdulillahnya kami tepat waktu sampai di Bandara.
Tepat pukul 11.05, pesawat meninggalkan tanah air. Ada perasaan excited, bahagia dan bersyukur banget layaknya dream comes true gitu. Garuda memang top banget, datang tepat waktu, fasilitasnya uwenak tenan, makanannya banyak juga, selama 9 jam terbang Jakarta-Jeddah ga berasa bosannya karena banyak ‘pembunuh waktu’nya dan makanan dapat 2x 😋😋😋
Alhamdulillah sampai Jeddah sekitar pukul 20:00 waktu Indonesia atau pukul 16:00 waktu Arab Saudi, perbedaan waktunya hanya 4 jam. Proses imigrasi dan pengambilan koper pun tidak terlalu lama dan gada masalah.
Tujuan awal yaitu menuju Madinah, jarak antara Jeddah dan Madinah kurang lebih 5-6 jam perjalanan via bus dengan satu kali transit di rest area untuk makan malam dan sholat. Kesan selama perjalanan? Sepiiii banget, jalanannya lebar dan ga banyak gedung tinggi. Nikmat banget dah.
Setelah berjam-jam di Bus akhirnya sampai juga di Hotel. Kami menginap di Hotel Oasis Madinah yang jaraknya ga terlalu jauh dari Masjid Nabawi, kira-kira bisa ditempuh dengan berjalan kaki selama 5-10 menit.
Selasa, 24 Oktober 2017
Sekitar pukul 03.00, saya dan suami sudah beranjak ke masjid, ga sabar pengen menginjakkan kaki di Masjid Nabawi. Dan pandangan pertamanya adalah MasyaAllah, gatau lagi mau ngomong apa, terharu, gembira dan bahagia yang kebangetan pokoknya.
Oia, karena suami ga bawa handphone k masjid jadi kami janjian di pintu gerbang no 17. Sering dengar dari orang-orang kalo pergi umroh bareng pasangan itu ujiannya memang kesabaran, pasti ada aja masalahnya. Nah itu bener banget, setelah sholat subuh saya langsung menuju gerbang no 17 untuk menunggu suami, tapi detik dan menit berlalu belum juga datang, untung ada ibu-ibu asal pakistan yang sedang menunggu suami juga jadi saya ga malu banget gitu nunggu di gerbang yang dilewatin banyak orang.
Sabar, sabar, begitu kata saya dalam hati. Dan Alhamdulilah, akhirnya suami saya datang juga dengan membawakan segelas air zamzam untuk saya. Jadi ternyata beliau pas sholat itu di Raudhah nah pas sholat kan ditutup ya ikut ketutup juga jadi nunggu dibuka dulu. Ada-ada saja. Tapi gapapa, udah dibawain air zamzam sebagai hadiah menunggu, hehehe
Uniknya tiap habis subuh sepanjang jalan dari hotel menuju masjid itu berderet lapak-lapak jualan semacam pedagang kaki lima di pasar tanah abang, harganya murah-murah, sebagai contoh abaya seharga 15 riyal, pashmina 2 riyal, dan sebagainya. Saya ga beli koq cuman window shopping aja 🤣
Sarapan di hotel dengan makanan Indonesia jadi ga asing banget di lidah. Suasana kekeluargaan antar jama’ah juga hangat jadi berasa umroh bareng keluarga besar juga.
Oia, saya menempati kamar khusus perempuan yang berisi 4 orang yaitu Teh Mida dari Bandung, Bu Sri dan Bu Ii dari Jakarta serta saya sendiri. Dan biasalah perempuan, kami ada niat untuk jalan-jalan keliling area sebelah masjid, sebelum masuk ke masjid, hihihi.
Area samping Masjid Nabawi berisi Hotel dan Mall, sekilas suasananya mirip Tanah Abang atau Thamrin City gitu lah. Oia, disini juga banyak penjual yang fasih berbahasa Indonesia dan menerima pembayaran dalam Rupiah pecahan 100k dan 50k. Setelah puas berkeliling, kami kembali ke Masjid.
Agenda selanjutnya sampai malam berkisar antara Masjid dan Hotel saja.