Satu waktu di usia 19 tahun, aku pernah dicap sebagai orang yang gagal. Bayangkan anak berumur 19 tahun sudah dicap gagal, kala itu aku kesal dan hanya menggerutu dalam hati.
Di lain waktu, karena belum punya anak setelah menikah bertahun-tahun, aku cukup kenyang menerima banyak perkataan dan sindiran, mulai dari yang sopan sampai yang tidak mengenakkan. Pernah juga kehilangan segalanya dan terperosok ke titik nol, ah bukan, rasanya bukan titik nol melainkan titik minus sejadi-jadinya. Intinya aku pernah berada dalam situasi dimana tidak memenuhi standar ideal yang berlaku di masyarakat tentang kelayakan hidup sebagai manusia, dan sebagai perempuan.
Apakah sedih? tentu saja, bahkan pernah dalam titik depresi. Aku mengalami sulit tidur, tidak mau bergaul dengan manusia, suka tiba-tiba nangis, sampai fobia dengan tipe mobil tertentu. Sebuah masa kegelapan yang mengirimkan banyak pelajaran.
Dan… Alhamdulillah atas izin Allah aku bisa melalui semuanya, ternyata ujian-ujian itu tidak semenyeramkan yang dibayangkan. Ujian itu untuk menguji, jika lulus maka kita akan belajar banyak hal, jika belum lulus maka akan terus berulang sampai kita lulus, begitulah polanya.
Setelah melalui berbagai kondisi menakutkan, lalu hal apa yang paling menakutkan dalam hidupku?
Untuk menjawab pertanyaan ini, izinkan aku sedikit bercerita ya…
Pada suatu kesempatan, aku pernah membuat sebuah quiz yang aku kirim ke teman-teman terdekatku untuk mengisinya. Salahsatu pertanyaan yang aku ajukan ke mereka adalah “Apa yang akan kamu berikan kepada Hayati?”
Atas pertanyaan tersebut, ada yang menjawab akan memberikanku buku, gamis, alat camping, dan sebagainya. Semua jawabannya aku suka, namun, ada tiga jawaban yang menarik perhatianku, yaitu masing-masing orang menjawab akan memberikanku ide cerita, kepercayaan dan ketulusan. Aku tersenyum membaca tiga jawaban itu dan seakan mendapat jawaban apa yang dibutuhkan dalam hidup.
Untuk orang yang memilih memberikan ide cerita kepadaku, tentu dia paham bahwa aku memiliki passion di bidang tulis menulis. Dia mengenali potensi yang harus tumbuh dalam diriku. Aku merasa seperti diajak untuk menjadi diri sendiri dan mengejar cita-cita.
Seseorang yang rela memberikan kepercayaannya padaku, berarti dia memberikan sesuatu yang tak ternilai harganya. Dalam hidup, menjadi orang yang dipercayai oleh seseorang adalah sebuah berkah. Maka, bagiku, kepercayaan adalah sesuatu yang amat mahal harganya, sekali terbentuk maka harus dijaga sebaik-baiknya.
Dan… dia yang akan menghadiahkan sebuah ketulusan padaku, adakah yang tidak luluh ketika menerimanya? Ketulusan layaknya oase yang timbul di tengah hiruk pikuknya dunia. Sepotong hati yang tulus seperti sebuah rumah yang hangat dari dinginnya segala drama yang terjadi di jalanan.
Dari hal-hal tersebut, maka, ketakutan-ketakutan terbesarku dalam hidup adalah…
Pertama, aku takut kehilangan jati diri alias tidak bisa menjadi diri sendiri. Aku khawatir tidak mengenali karakter dan potensi yang ada dalam diri sendiri, baik itu sebagai muslim, sebagai manusia, sebagai pasangan, sebagai anak, sebagai teman, sebagai partner kerja, maupun sebagai anggota masyarakat. Aku takut hidup hanya untuk mengejar standar-standar ideal menurut masyarakat yang mungkin bentrok dengan prinsip-prinsip yang aku yakini, tentu dalam hal-hal positif ya.
Kedua, aku takut kehilangan kepercayaan dan ketulusan, terutama dari orang-orang terdekat. Memang manusia mudah berubah, tetapi, untuk orang-orang yang sudah memberikan kepercayaan dan ketulusannya padaku, aku sudah berjanji akan terus mencintai mereka karena Allah.
Kehilangan harta atau seseorang akan terus terjadi dalam hidup, bersifat hilang-timbul, naik dan turun. Tetapi, kehilangan hal-hal yang bersifat prinsip hidup dan sesuatu alami yang tumbuh dari hati adalah bencana yang sebenarnya. Maka dari itu, aku sangat takut apabila dengan sengaja atau tidak sengaja menghilangkan hal-hal tersebut, baik dari hatiku atau hati orang-orang di sekitarku.
Aku takut kehilangan jati diri alias tidak bisa menjadi diri sendiri, Poin Paling Penting
Betuul, ga kebayang kalo kita hidup tapi jadi orang lain, betapa lelahnya…
Jawaban ketulusan itu yang terbaik kalo menurut gw..
kalo dilihat dari bentukan jawabannya, orang yg jawab itu pasti spesial banget ya dalam hidup?..hehe..
Nice sharing!
Yes, mereka orang-orang terbaik dalam hidupku, kak… makasi dah mampir, kaak..
Wahhh orang2 deket mba kenal mba dengan sangat baik ya….meski kadang hidup banyak bangkit jatuhnya semoga tetep menjadi diri sendiri ya mba.
Hemmm… iya,ya kak. Kadang sebagai warga masyarakat, kita sampai menggoyahkan jati diri. Padahal belum tentu keumuman di masyarakat tersebut, pas untuk kita. Mesti ada pengecualian-pengeculian. Sepanjang tidak ada norma yg kita langgar, yuks enjoy kan menjalani kondisi kehidupan kita… begitu kan kak? Semangat… semangat
emang cape ya kalau mengejar standar ideal masyarakat, memenuhi standar ideal keluarga aja udah jadi PR besar