Lebaran itu Memaafkan

"Adakah lebaran masih sebahagia saat kita kecil dulu?"

Di hari terakhir Ramadhan tahun ini, setelah menyiapkan berbagai hal untuk perayaan esok hari. Tiba-tiba, terlintas pertanyaan seperti di atas.

Perjalanan yang jauh telah memberiku pemahaman bahwa perayaan setelah Ramadhan ini tidak selalu terisi penuh dengan energi bernama kebahagiaan.

Beberapa orang harus merayakan dengan rasa kehilangan. Beberapa lainnya kebingungan tentang arti pulang. Ada yang halamannya rumahnya masih diisi senyap, ada yang bersiap dengan segala contekan pertanyaan, ada juga yang tidak tahu harus apa dan bagaimana.

Segala duka itu kita rinci dengan ingatan yang baik. Dan entah bagaimana caranya ia membuat segan untuk melangkah atau menyapa. 

Tetapi kemudian, sejauh apapun kita menjauh dari hal yang menyakitkan. Kita tidak dapat melarikan diri dari kenyataan bahwa inilah hidup. Tidak semuanya bisa berjalan dengan apa-apa yang kita rancang. Maka, belajar memaafkan membantu kita melepaskan diri dari sumber rasa sakit dan menemukan penyembuhan sejati.

“Dan barang siapa yang bersabar dan memaafkan, sungguh yang demikian itu termasuk perbuatan mulia” (QS. Asy-Syuara:43).

Dalam buku Forgiveness Therapy: An Empirical Guide for Resolving Anger and Restoring Hope karya Richard P. Fitzgibbons dan Robert Enright yang diterbitkan oleh American Psychological Association pada tahun 2015, terdapat empat tahap dalam melakukan forgiveness therapy, yaitu:

  • Mengungkapkan kemarahan: Mengingat kembali peristiwa yang menimbulkan rasa marah atau kecewa 
  • Mengambil keputusan untuk memaafkan: Bersedia melepaskan semua kebencian yang ada dalam hati 
  • Memaafkan: Memahami pelaku dengan sudut pandang yang baru 
  • Tanggung jawab: Memikul tanggung jawab atas insiden yang telah menyebabkan perlunya pemaafan.

Forgiveness therapy merupakan suatu terapi memaafkan yang membantu kita memaafkan diri sendiri dan orang lain atas keadaan atau kejadian yang memberatkan luka batin selama ini. Ketika kita memaafkan, kita tidak melakukannya hanya demi orang atau keadaan yang telah menyakiti kita. Kita juga sedang membantu menyembuhkan diri kita sendiri.

Maka, di event spesial satu tahun sekali ini, mari kita maafkan atas segala ketidaksempurnaan dan ketidakbahagiaan itu.

Idul Fitri mengajarkan bahwa kita tetap harus merayakan hidup, baik itu saat bertemu tawa atau bersimbah airmata.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *