Ada banyak ragam kebudayaan dari Bumi Sriwijaya yang menarik untuk ditelusuri. Mulai dari pakaian, rumah adat, alat music hingga tarian tradisionalnya.
Tari tradisional dari Sumatera Selatan sudah dikenal hingga ke penjuru negeri. Selain mengandung nilai kesenian yang tinggi, setiap tari tradisional Sumatera Selatan memiliki makna dan fungsi tersendiri.
Berikut ini ada beberapa tari tradisional dari Sumatera Selatan yang masih populer hingga kini, yaitu:
Tari Gending Sriwijaya

Pada awalnya, tari ini dibuat untuk menyambut tamu yang berkunjung ke Keresidenan Palembang. Pencipta tari ini adalah Tina Haji Gong dan Sukainan A Rozak yang proses penciptaan gerak tari ini berkisar antara tahun 1943 sampai tahun 1944.
Konsep dari Tari Gending Sriwijaya ini dengan cara menyatukan unsur-unsur tari adat Palembang yang sudah ada. Tarian ini melukiskan tentang kegembiraan gadis-gadis Palembang saat menerima tamu yang diagungkan.
Tari Gending Sriwijaya pertama kali dipentaskan pada tanggal 2 Agustus 1945 di halaman Masjid Agung Palembang. Saat itu, tarian ini dibawakan oleh 9 penari, yaitu: Siti Nuraini, Rogayah H, Delima A Rozak, Thfah, Halimah, Busron, Darni, Emma dan Tuti Zahara.
Tari Tanggai

Tari Tanggai awalnya dianggap sebagai tarian yang sakral dikarenakan tarian ini termasuk tari persembahan terhadap dewa siwa dengan membawa sesajian yang berisi buah dan beraneka ragam bunga. Disebut Tari Tanggai karena setiap penarinya menggunakan property Tanggai di delapan jari mereka, kecuali jempol.
Pada zaman Kesultanan Palembang Darussalam, seluruh penari dikhususkan untuk laki-laki, karena Sultan melarang perempuan menari. Memasuki tahun 1920, Tari Tanggai digunakan untuk mencari jodoh oleh para orangtua di Palembang atau disebut Rasan Tuo. Hingga sekarang, Tari Tanggai digunakan untuk menyambut tamu yang datang ke Palembang, acara-acara resmi dan resepsi pernikahan.
Tari Erai-Erai

Tari Erai-Erai mulai populer sejak tahun 1950an ketika music akustik seperti biola dan akodion merambah wilayah kabupaten Lahat, karena sebelumnya tarian ini diiringi instrument gambus atau perkusi.
Disebut tari Erai-Erai karena Erai-Erai artinya serai serumpun yang melambangkan meski bercera-berai namun tetap satu ikatan. Tari Erai-Erai dilakukan sebagai bentuk kebahagiaan saat menyambut panen padi.
Tari Tepak Keraton

Sejarahnya, Tari Tapak Keraton diciptakan pada tahun 1966 karena Tari Gending Sriwijaya dilarang untuk tampil karena alasan poliktis. Maka dari itu, tim kesenian yang dipimpin Hj. Anna Kumari menciptakan tarian yang akan digunakan untuk menyambut Panglima Kodam IV Sriwijaya yang baru.
Tari Tapak Keraton sendiri terinspirasi dari kejayaan Kesultanan Palembang Darussalam dengan keratonnya yang megah. Tari Tapak Keraton menggunakan Lagu “Enam Bersaudara” sebagai pengiringnya. Syair dalam lagu tersebut diciptakan juga oleh Hj. Anna Kumari.
Tari Kebagh

Gerakan tari Kebagh terinspirasi dari gerak burung Dinang. Burung ini memiliki gerakan dan warna yang indah. Sebagian masyarakat mempercayai bahwa tari Kebagh pada walanya ditarikan oleh bidadari yang menjadi istri Puyang Serunting Sakti.
Dikisahkan, Serunting Sakti dan istrinya menghadiri sebuah acara pernikahan. Saat itu, istri dari Serunting Sakti yang konon adalah seorang bidadari, diminta untuk menari. Permintaan tersebut disetujui olehnya dengan syarat harus memakai selendang yang dirampas dan disembunyikan oleh Serunting Sakti.
Karena desakan banyak orang, dengan berat hati, Serunting Sakti menyerahkan selendang itu ke istrinya. Maka, menarilah istri Serunting Sakti. Berkat kecantikan dan kemahirannya dalam menari, semua mata terpana menyaksikannya menari.
Hingga tanpa disadari semua orang, istri Puyang Serunting Sakti tidak lagi menginjak bumi. Ia melayang-layang, semakin tinggi hingga menuju kayangan, negeri asalnya.
Tari Kebagh ini berasal dari Desa besemah, Pagar Alam. Untuk mengiringi tarian ini, masayarakat biasa menggunakan Kenong dan Rehab dan biasanya digelar di lapangan terbuka.
Setelah mengetahui berbagai macam tarian tradisional dari Sumatera Selatan, kita sebagai generasi muda diharapkan bisa ikut melestarikannya. DPRD Sumatera Selatan pun amat mendukung para pemuda yang bisa mempertahankan keunikan serta keindahan dari berbagai kesenian di Sumatera Selatan.