“Maaf, aku mencintai suami orang”
Begitu sosok itu menjawab ketika kutawari seorang lelaki yang baik padanya. Agak shock. Teman ini perempuan sholihah, cantik dan cerdas. Saya rasa ketika dia mengungkapkan hal diatas berarti ia telah mengumpulkan segenap keberanian didalam hatinya.
Beberapa orang ditakdirkan jatuh cinta pada orang yang tepat, beberapa lagi mencintai seseorang yang telah dimiliki. Ini menjadi rumit karena harus membenturkan urusan hati dan kepentingan sendiri dengan pemilik hati yang lain.
Namun, jika engkau bersedia menjadi istana kedua bagi lelaki itu. Cobalah untuk memikirkan hal-hal berikut:
Langkah pertama, kenali dulu istri pertamanya. Wanita pasti lebih mengerti wanita lain.
Langkah kedua, istri pertama setuju 100% tidak? Saya rasa bakal sulit untuk setuju 100% tetapi jika memang engkau teguh berniat menjadi madu, maka cobalah untuk berbincang dari hati ke hati antara kalian.
Langkah ketiga, kalau pria itu punya anak juga perlu dipertimbangkan, kalau anaknya sudah dewasa tanya pendapatnya, namun jika sang anak masih kecil sanggup dan siapkah kamu langsung menjadi seorang ibu baginya.
Langkah keempat, menikah bukan hanya penyatuan dua insan tetapi juga menghubungkan dua keluarga. Maka, jika berencana poligami, pertimbangkan perasaan keluarga tiga pihak:
- Keluarga sendiri
- Keluarga calon suami
- Paling penting keluarga istri pertama karena tidak semua ibu bisa menerima anaknya dimadu
Tulisan ini tidak bermaksud menolak poligami, hanya mencoba untuk mengajak para wanita berfikir lebih bijak memahami poligami.