Saat mengetik ini, sedang heboh berita tentang penyalahgunaan fitur “add yours” di Instagram. “Add yours” yang awalnya buat senang-senang dan lucu-lucuan, ternyata digunakan oleh sebagian orang untuk melakukan kejahatan yang menusuk manusia lainnya. Semoga masalah ini segera teratasi dan tidak ada korban baru, serta menjadi pelajaran bagi kita semua untuk tidak oversharing.
Kalau kita selami dari awal tumbuhnya trend bersosial media, apapun namanya, memang sosial media memiliki banyak wajah. Apabila kita sudah memutuskan membuat akun di dunia maya, maka layaknya mengasah sebuah pisau, ia akan bekerja sesuai dengan orang yang memegangnya. Jadi, apakah kita akan mendulang keberkahan atau kutukan dari aktivitas meluncur di dunia bernama sosial media, semuanya berawal dari tiap kali kita log in.

Dahulu, orang beranggapan bahwa berseluncur di dunia maya adalah menghabiskan waktu. Tetapi dengan berkembangnya zaman dan berubahnya cara hidup masyarakat, pemikiran seperti itu sedikit demi sedikit mulai terkikis. Saat ini, sosial media bukan hanya tempat bermain, tetapi jika digunakan dengan bijak, maka akan menjadi tempat belajar, bekerja, dan bersosialisasi dengan baik, bukan hanya antar tetangga rumah, melainkan bisa sampai antar negara.
Sejak zaman Friendster sampai zaman Instagram, aku termasuk aktif di sosial media. Jika dihitung dari mulai pulang sekolah dan harus repot-repot ke warnet buat main internet, sampai sekarang yang hanya tinggal buka smartphone, berarti sudah belasan tahun aku menjadi bagian dari warga jagad dunia maya.
Lewat sosial media, aku bisa berteman dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Dari sosial media juga, aku mendapat banyak kesempatan. Banyak cinta, saran, kritikan dan pekerjaan, yang secara langsung atau tidak langsung dan aku sadari atau tidak sadari menjadi input juga ke dalam diri ini. Dan kalau melihat kilas balik setiap tulisan yang sudah kubagikan di sosial media, ternyata di sana juga, aku tumbuh dan berkembang.
Bagiku, inti dari bersosial media adalah bersosialisasi. Dan baik bersosialisasi di dunia maya maupun dunia nyata, aku merasa prinsip dan attitude yang diterapkan harus sama, toh sebenarnya di balik setiap akun itu ada sosok manusia juga yang punya otak dan hati. Selain itu, agar tidak oversharing, kita harus menyadari batas privasi diri sendiri ataupun orang lain. Hal-hal yang tidak baik dibicarakan saat bertemu di kehidupan nyata, maka tidak perlu juga dibagikan di dunia maya. Sesuatu yang hanya untuk konsumsi pribadi, berarti tetap milik pribadi, bukan untuk umum.
Maka dari itu, sampai saat ini, Alhamdulillah, dari semua yang datang dalam hidupku melalui sosial media itu adalah keberkahan, karena banyaknya kebaikan yang timbul melalui media tersebut. Dan lebih dari menerima kebaikan, semoga aku juga bisa menjadi kebaikan bagi orang-orang yang sudah bersedia berteman maupun mengikutiku di sosial media, walau lebih sering recehnya daripada seriusnya, mohon dimaklumi saja ya, hehehe.
Setuju, sosial media tergantung penggunanya..
Dari pertama kali mutusin mw pakai sosial media apa, itu udah ada di tangan penggunanya 🙂
Iyaapp, kak
Kadang orang pakai sosial media emang cuma ngikutin trend yang ada aja. Makin viral, makin banyak yang terjerumus untuk yang tidak baik
Ya memang, balik lagi gimana kita menggunakannya. Maka akan jd bermanfaat ato sebaliknya.
Tergantung penggunanya. Saat si pengguna mulai dikontrol oleh media sosial maka sifat toksik dapat dipastikan sudah ada di sana. Namun jika si pengguna dapat mengendalikan penggunaan media sosialnya atau bahkan dapat menggunakan media sosial dalam rangka kebaikan, maka itu adalah berkah. Media sosial adalah pisau bermata dua.
Mengalami zaman friendster juga aku, hehe… Bersosial media ada juga yang masih buat hiburan, tapi mungkin sudah dominan juga yang menjadi kebutuhan karena mencari cuan lewat medsos
Semoga bisa menjadi pengguna media sosial yang bijak. Thx for reminding Kak.
wkwkkwkw.. jaman friendster..
ingat jaman dulu heheh
semoga kegiatan bersosmed kita berkah ya ukh…
iya, sosial media bisa menjadi berkah dan juga toxic, kalau kita memanfaatkannya dengan baik pastinya bakalan berdampak baik bagi kita. Tapi kalau tdak, akan menjadi toxic
Emang sih ya. Sosial Media kadang lebih toxic dari pada omongan tonggo.
Pantesan ada yg blg bermedsos seperti memakai pisau ya ka, bisa bermanfaat atau malah bisa menusuk tergantung penggunannya